Sudah kodratnya bahwa pria tidak sama dengan wanita. Pria tampaknya lebih agresif, lebih emosional dan lebih tegas, sedangkan wanita dalam kodratnya lebih perasa,lebih halus, lebih kalem, lebih tabah, lebih berhati-hati dalam bertindak, meskipun kadang-kadang ada wanita yang bertindak maskulin, tetapi umumnya mereka tidak banyak
Sifat kodrati di atas erat kaitannya dengan vitalitas hidup, baik yang menyangkut kesehatan jasmani, rohani, dan social. Menurut penelitian, sifat-sifat inipun membedakan usia antara pria dan wanita. Ada sarjana mengatakan bahwa usia pria lebih pendek dari usia wanita sebagai akibat tekanan-tekanan emosionil yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit berbahaya.
Pendapat di atas sangat masuk akal. Coba perhatikan seorang suami, lebih sibuk, lebih giat menekuni tugasnya untuk meningkatkan karier, dan lebih sedikit waktunya hidup santai. Tampaknya suami-suami yang sibuk setiap hari kurang mempertimbangkan kesehatannya sendiri. Sementara mereka sibuk mengejar cita-cita, kadang-kadang lupa makan, kurang tidur, kurang istirahat dan senantiasa di gerogoti emosi yang meluap-luap. Tidak heran melihat suami yang terlalu sibuk bekerja, ia lebih sering mengalami tekanan kejiwaan, merasa gelisah, lelah pikiran, dan banyak di antara mereka kemudian menderita penyakit borok usus, serangan jantung ataupun pendarahan otak. Belakangan ini, oleh para sarjana mengatakan bahwa manusia yang meninggal adalah sebagai akibat keteledoran mereka sendiri. Seolah-olah orang-orang itu sengaja membunuh diri mereka sendiri.
Jadi isteri-isteri yang cukup bijaksana
tidak mau membiarkan suaminya lebih dahulu masuk dalam liang kubur. Usaha dan perhatian yang sungguh terhadap suami itu dapat menolong memperpanjang usia suami itu. Apakah yang patut itu?Berhati-hati Mengeritik
Betapa banyak isteri pada masa kini kurang menyadari kekurangan-kekurangannya sebagai seorang isteri. Betapa banyak suami yang menderita tekanan-tekanan hidup hanya karena isterinya bertindak tidak keruan, rewel dan selalu mengeritik tanpa alasan-alasan yang pasti. Barangkali suami yang kurang sehat, lalu tidak sedia mengurusi keperluan anak-anak di rumah atau karena sibuk menyelesaikan tugas, sibuk memikirkan sesuatu masalah yang menyangkut pekerjaannya, dan tampak sedang bergumul dalam pikirannya, tidak tepat kalau tiba-tiba disemprot oleh isteri oleh kata-kata kecaman, “Suami yang tidak mengerti beban isteri.”
Sifat-sifat isteri suka rewel sangat tidak disukai suami. Sang suami yang sibuk itu tidak akan merasa enak kalau terus isterinya ngomong terus gara-gara kekurangan atau kelalaian suaminya. Ia tidak suka kalau isterinya mengeritik sifat-sifatnya, atau membanding-bandingkan denga sifat orang lain, ataupun dengan sifat orang tua suami itu. Sekali-kali tak patut sang isteri bersikap sombong dengan berkata: “Kalau aku menyediakan makanan sedap, baru kau tampak senang.” Atau “Kalau kita makan direstoran, baru tampak gembira.
Perkataan-perkataan seperti itu sangat menyakiti sang suami. Sang suami merasa dirinya seperti anak yang senang kalau sudah kenyang. Sifat-sifat suami yang rakus, suka makan banyak, dan senang lauk-pauk yang pedas, tidak baik pula diomong-omongkan, atau menjadi sifat suami yang sering diulang-ulangi kalau terjadi perang mulut di antara mereka. Kalau ada sifat-sifat suami yang kurang disenangi, jauh lebih baik diperbincangkan pada saat yang tepat, pada saat suami tampak santai dan riang.
Isteri yang rewel dan suka mengeritik dapat membunuh suaminya secara tidak langsung. Kata-kata pedas, cemoohan, kritikan yang diberikan kepada suami sangat membebani pikirannya, sehingga emosinya meluap-luap, dan membuat ia menderita beban berat, dan akhirnya menderita sakit usus, darah tinggi atau radang otak.
Isteri yang bijaksana sebaiknyalah menghadapi suaminya denga tenang. Sekali-kali janganlah mengomeli suami dengan semberono. Dr. Reuben berkata, “Nagging destroys morale and produces fatigue.” Artinya, “Comelan menghancurkan moril atau semangat hidup dan menimbulkan kelelahan pikiran.”
Jangan Menjadi Seorang Jenderal yang Hanya Duduk di Belakang Meja
Isteri yang cakap selalu berusaha memperhatikan kesulitan-kesulitan suaminya. Ia tetap menunjukkan perhatian bahwa ia memahami masalah-masalah suami itu, dan tetap siap turut membantunya. Isteri tipe demikian tidak bertindak seperti hakim atau jenderal yang hanya memerintah saja dari belakang meja, dengan perkataan, “Saya katakan harus begini.” Sebaiknyalah sang isteri menunjukkan sikapnya yang tetap mengasihi suami, bukan atas dasar materi, tetapi atas nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki suami itu.
Berusahalah memperkembang niat masing-masing. Sang suami merasa senang kalau isterinya menghargai minat suaminya. Barangkali sang isteri sudi mendampingi suami itu pada waktu sedang memperkembang minatnya itu, misalnya berolah-raga. Sekali-kali sang isterilah yang mengajak suami pergi pesiar ke kota, dan makan di restoran.
Menolong Suami Menjadi Ayah
Sang isteri yang bijaksana harus berusaha meyakinkan suami pada tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Betapa banyak suami zaman modern ini, oleh karena kesibukannya setiap hari, lupa menunaikan kewajibannya membangun rumah tangga bahagia. Disini sang isteri harus berperan, dengan mengajak sang suami bersantai, berkumpul bersama anak, dan memperhatikan keperluan anak-anak itu. Barangkali untuk menghilangkan rasa lelah pikiran, baik juga sang isteri mengajak suami bertamasya ke luar kota bersama anak. Untuk mengingatkan pada romantika perkawinan, atau untuk mengenangkan masa muda dahulu,baik juga sang isteri mengajak suaminya bertamasya berdua. Pada ketika itulah dapat dibicarakan dengan leluasa apa tanggung jawab suami, bagaimana kewajibannya terhadap isteri dan anak-anaknya.
Pelajari Cita-cita dan Keperluan Suami
Isteri sebagai orang yang paling dekat kepada suami haruslah mendorong suaminya mencapai cita-citanya. Dorongan moril, ataupun materil haruslah diberikan untuk mencapai cita-cita itu. Segala keperluan-keperluan dalam pelaksanaan hendak mencapai tujuan harus pula dimaklumi sang isteri.
Cita rasa suami, baik dalam hal pakaian, selera makan, kegiatan-kegiatan olah-raga dan social harus disesuaikan dengan keperluan. Untuk menyenangkan suami dalam hal makan, sediakanlah makanan yang digemarinya. Untuk menyenangkan hatinya dalam hal pakaian dan warna pakaian, belilah pakaian yang disenanginya. Pernah sekali seorang suami berkata kepada isterinya, “Tidak cocok pakaian ini kau pakai ke pesta itu.” Tetapi isterinya berkeras harus mengenakan pakaiannya yang kurang digemari suaminya. Apa yang terjadi? Selama pesta tidak terdapat hubungan intim di antara suami isteri itu. Sang suami merasa kurang enak dalam pesta itu gara-gara isterinya tidak mau menuruti selera suaminya.
Dalam hal makan, ada orang mengatakan: Kalau anda berhasil memikat hati suami dengan makanan yang disenanginya, pada saat itu anda akan berhasil meminta apa saja yang anda perlukan dari suami itu.
Menjadi Seorang Pendengar yang Baik
Isteri-isteri yang baik akan selalu berusaha memupuk dalam dirinya sifat suka mendengar. Dengan penuh perhatian, pasanglah telinga mendengar pendapat dan saran-saran suami nyonya. Sementara ia mengemukakan pendapatnya, jangan sekali-kali dipotong. Komunikasi yang lancar di antara suami isteri dapat terpupuk baik apabila sang isteri tetap mau menjadi pendengar yang baik.
Sementara suami isteri menerima tamu di rumah, hindarkan cara-cara yang tidak menuruti etiket. Sang isteri tidak baik terlalu banyak bicara, apalagi tamu itu seorang pria. Sikap kalem dan berhati-hati dalam pembicaraan sangat disenangi suami.
Diambil dari Buku: Rumah Tangga & Kesehatan
Tahun: 1979
Di Rilis dari Penulis Pertama: E.H. Tambunan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar